Kami dan Kita Memang Berbeda

Kita? Lo aja kali gue kagak. Kalimat tersebut sempat populer beberapa waktu lalu. Tuturan seperti itu menjadi demikian populer karena memang awalnya diucapkan para artis dalam konteks becandaan pada sebuah acara di salah satu televisi swasta. Setiap orang yang mendengar kalimat itu tentu mengetahui maksudnya bahwa ketika pembicara menyebut kita, pendengar mengelak keterlibatnya dalam sebuah aktivitas atau keadaan tertentu. Kata kita yang mewakili penutur jamak itu menarik untuk dibicarakan karena akhir-akhir ini ada kesalahan penggunaan kata ganti tersebut oleh kalangan tertentu. Sebuah fenomena kesalahan berbahasa yang mungkin tak terperhatikan dan dianggap sepele, namun patut diluruskan.

Kami dan Kita merupakan kata ganti orang (personal pronomina) pertama jamak. Ini berarti kedua kata ini dipakai untuk mewakili pembicara yang berjumlah lebih dari satu. Meskipun sama-sama mewakili orang pertama jamak, kita dan kami berbeda dalam penggunaannya. Namun demikian, akhir-akhir ini kedua kata itu sering dipertukartempatkan seperti dalam contoh kalimat berikut.

Kita berdua hanya teman biasa, tidak ada hubungan khusus“.

Kalimat dengan subjek (S) kata kita di atas seringkali didengar dalam tayangan televisi, khususnya infotainment. Ketika mendengar tuturan seperti itu mestinya peliput berita selebritis tersebut menjawab, “Kita? Lo aja kali gue kagak” karena memang pemilihan kata (diksi) itu salah. Jawaban seperti itu memang tepat karena peliput beritanya tentut tidak terlibat dalam hubungan pertemanan. Hal ini berarti pembicaranya salah memilih kata ganti untuk mewakili dia dan pasangan atau kelompoknya.  Kesalahan pemilihan kata ganti seperti dalam contoh kalimat di atas menunjukkan pembicaranya tidak mengetahui perbedaan perilaku, khususnya sifat, kata ganti orang pertama jamak kita dan kami.

Kata ganti kita memiliki sifat eksklusif, yakni orang yang diajak berbicara terlibat dalam aktivitas atau keadaan yang sedang dituturkan. Dalam hal ini kata kita mengacu kepada pembicara dan lawan bicara. Contoh penggunaan kata ganti orang pertama jamak kita dipaparkan dalam dialog di bawah ini.

Taufan: Ndi, kita jadi ke perpustakaan hari ini?

Endi    : Jadi, dong. Ayo, kita berangkat sekarang.

Kata ganti kita dalam dialog di atas mewakili Taufan sebagai pembicara dan sekaligus Endi sebagai lawan bicara. Hal itu berlaku pula dalam jawaban Endi. Kata ganti itu mewakili Endi dan Taufan.

Sementara itu, kata ganti orang pertama jamak kami bersifat inklusif. Inklusif berarti lawan bicara tidak termasuk atau tidak terlibat dalam aktivitas atau keadaan yang dituturkan. Kata kami hanya mengacu kepada pembicara sebagai orang pertama dalam pertuturan. Contoh penggunaan kata kami dalam dilihat dalam dialog berikut.

Taufan dan Endi: Guh, kami akan ke perpustakaan sebentar.

Teguh                 : Iya, nanti ku-SMS kalau dosennya dah datang.

Dalam peristiwa tutur yang melibatkan Taufan, Endi, dan Teguh sebagai partisipannya itu kata kami tidak mewakili ketiganya. Kata ganti orang pertama jamak itu hanya mewakili Taufan dan Endi sebagai peserta tutur meskipun mungkin yang mengucapkan kalimat itu hanya salah dari keduanya.

Kata ganti orang pertama jamak kami dan kita memang memiliki sifat berbeda, kami bersifat inklusif dan kita bersifat eksklusif. Keduanya tidak bisa ditukartempatkan dalam setruktur kalimat. Apabila pemilihan kata kita terproduksi sebagaimana dalam kalimat kita berdua hanya teman biasa, tidak ada hubungan khusus, tentu informasi kalimat itu menjadi tidak tepat dan tidak baik karena lawan tutur tidak termasuk yang diacu oleh kata ganti kita. Dengan kata lain, lawan tutur tidak terlibat dalam perbuatan atau keadaan yang direalisasikan melalui setruktur kalimat tersebut. Jadi, kalimat yang betul adalah kami berdua hanya teman biasa, tidak ada hubungan khusus. Dengan demikian, lawan tutur tidak akan merespon dengan ekspresi kalimat kita? lo aja kali gue kagak.

16 tanggapan untuk “Kami dan Kita Memang Berbeda

  1. Kata ganti orang pertama jamak itu yg benar adalah.kami ,bukan kita .Kosakata bahasa kita ternyata lebih lengkap dari bahasa lain di dunia ,ini harus dipopulerkan dan dunia harus tahu!!
    Bahasa lain seperti inggris, arab harus diajari atau bikin kosakata baru yg melengkapi bahasa mereka.
    Saya tidak setuju dengan istilah inklusif atau eksklusif .Kalau ada istilah seperti itu,kasih contoh dan aturan untuk kata ganti orang kedua dan ketiga juga !Pasti yg merasa ahli tidak bisa menemukan .
    Intinya, bahasa kita lebih lengkap dati bangsa lain.
    Kata ‘we’ dalam.bahasa inggris ,seringnya diartikan ‘kita’ dalam.pengertian ‘saya dan kamu’ ini sebenarnya maknanya adalah bukan kata ganti orang pertama jamak ,karena itu kita juga sering menemukan joke seperti dicontohkan di atas dan disangkal lawan bicara …

  2. Memang benar dan sesuai dengan apa yang telah dipelajari dalam bahasa indonesia. walau terkadang suka kesseel, ketika kita menggunakan tatanan yang baik saat berbicara tapi malah jadi bahan ledekan. Karena dianggap salah penggunaan. 🌝

  3. Sepertinya kata kita lama kelamaan akan bergeser maknanya menjadi kami atau kita. Artinya suatu hari nanti kata kita akan mewakili makna kami dan kita. Sementara kata kami akan berubah penggunaan menjadi bermakna aku tapi dalam artian aku yang besar. Seperti penggunaan kata kami dalam alQuran. Kata kami dalam alQuran dan bhs arab berarti bermakna aku tapi sebagai aku yang besar. Sebagai contoh seorang raja yang menggunakan kata kami sebagai pengganti aku bukan karna kami itu bermakna banyak, tapi kami yang bermakna menunjukan kebesaran seorang raja tersebut.

  4. Jadi gini, sebenarnya kalau ditelusuri lebih jauh mengenai hal ini, itu merupakan pengaruh dari bahasa daerah. Misalnya daerah Lombok dan beberapa daerah lain yang menggunakan kata ganti “aku” sebagai kata ganti pertama. Orang Lombok, cenderung menggukanan kata “ite” sebagai kata ganti “aku”, karena kata “Ite” dirasa lebih sopan dibandingkan menggunakan kata “aku”.

    Sementara itu, penggunaan kata “kami” dalam keseharian, sepertinya belum mengalami kesalahan berbahasa.

  5. walah saya sering banget melakukan penggunaan kita dan kami yang salah selama ini, jujur kemarin2 masih bingung, sekarang sudah ngga setelah baca tulisan ini ,hehehe

  6. hehe memang penggunaan bahasa khususnya Indonesia di generasi saat ini saya akui kurang sesuai dengan tata bahasa yang ada, dan informasi seperti inilah yang dapat membantu membuka mata kita agar lebih mau belajar lagi tentang penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar 🙂

    Salam,
    S Adi Firmansyah

    1. Bahasa yang masih hidup, masih digunakan masyarakat tuturnya, memang tidak terlepas dari perkembangan sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat. Fenomena bahasa gaul, misalnya, akan datang silih berganti sesuai dengan masanya. Anak muda tahun 1970-an, 1980-an, hingga yang hidup di era sekarang tentu memiliki gaya sendiri-sendiri. Di samping itu, masih banyak lagi ragam lain penggunaan bahasa Indonesia. Yang perlu dipupuk dan dijaga adalah sikap pisitif kepada bahasa Indonesia sehingga bahasa nasional kita tetap menjadi bagian dari budaya Indonesia. Terima kasih apresiasinya. Maaf belum sempat menjawab email karena masih berpikir heheheh…

      Salam kembali,
      M. Asyhar

Tinggalkan komentar